Kamis, 09 Mei 2013

Fenomena Mutiara

Bismillahirrahmaanirrahiim

Let's Talk About Pearl


 
Hanya 2 mutiara, dari 2000 kerang!
     Amazing!


Mutiara adalah keindahan dunia berwujud mungil dengan harga raksasa. Terutama, mutiara air laut alami. Sangat muahal! Bahkan, ada sebutir bernama Pearl of Allah (Lao-Tze Pearl), yang  nilainya saat ini ditaksir seharga 40 juta dollar AS. (Harga yang bisa melenyapkan kelaparan di dunia ke3.)
Panjang Pearl Of Allah mencapai 23.8 cm dan berat 6.4 kilogram dengan bentuknya yang bagai otak manusia dewasa menjadikannya sebagai mutiara terbesar, dan termahal di dunia.


Terlepas dari harga amazing Pearl Of Allah yang buat saya kelewatan amazing-nya, sangat kecil kemungkinan mutiara alami air laut beredar di pasaran dengan harga murah.

Bagaimana bisa murah
Bayangin deh, di antara 1000 kerang mutiara, hanya ada satu yang berisi mutiara. So, untuk mendapatkan sebutir mutiara air laut  diperlukan 1000 kerang. Untuk 2 butir, diperlukan 2000 kerang mutiara. Lantas, berapa puluh ribu kerang untuk seuntai kalung mutiara, yang notabene terdiri dari banyak butir?
Hmmm….kebayang nggak sih, ngupasin ribuan cangkang kerang mutiara yang keras? *Apri meringis. Ogah, ahh...! Mending baca buku, hehehe.*

Selain langka keberadaanya, pencariannya pun sangat cetar berbahaya dan membahana mengerikan. Maaf, Syahrini cantiiik..., bahasa manismu kupinjam duyu yaa :-) Sebab keberadaan sang mutiara yang tersimpan di dasar laut, sangat mengancam nyawa pemburunya. Istilah kampungnya, High risk!  
Pasalnya, tradisi pencarian mutiara alami sejak berabad-abad, di banyak lokasi dunia adalah sama: Dari Teluk Persia (Sejak 2000 tahun lalu lokasi ditemukan) sampai ke selat Manar-Srilangka, Australia Utara, dan Laut Arafura-Indonesia para penyelamnya hanya diikat dengan tali, sebagai penahan, agar tidak terbawa arus bawah laut. Tanpa tabung oksigen untuk bernafas, hanya dibekali penjepit hidung, dan bertelanjang dada. Ckkckckc…kebayang, nggak sih?! Itu mah, penyiksaan! Tak heran, karena metode sederhana itu telah  banyak nyawa  gemulai melayang dari samudra hingga ke langit-Nya. Umumnya, akibat serangan Hiu.


Untungnya, setelah ribuan tahun berlangsung, metode ini berakhir pada awal abad 20. *Alhamdulillah. Pasalnya, yang ngerjain dulu pasti budak-budak…atau orang-orang miskin yang tenaganya di eksploitasi. Miris, ahh...!*
Tidak hanya manusia pemburunya saja yang tewas, bahkan sang kerang lebih menderita lagi oleh perbuatan manusia yang kini membudidayakan mutiara. Meskipun masih ada usaha pencarian mutiara dari alam, namun kebanyakan mutiara di pasaran saat ini adalah hasil rekayasa manusia. Rekayasa ini ditemukan oleh orang Jepang, Mikimoto di awal abad yang lalu.


Lantas, bagaimana rupa derita lasykar kerang mutiara?


PROSES MUTIARA


Di alam, secara alami mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel (organ lunak/daging kerang) kemudian benda ini akan terbungkus nacre (bagian berkilau pada permukaan dinding kerang) sehingga jadilah mutiara. Dan dari kerang yang sangat menderita itulah, akan lahir mutiara. Kasihan sang kerang, tapii….yaaa kejadian alam yang tidak direkayasa.

Nahhh…., pada proses budi daya rekayasa manusia ini yang menyedihkan!
Pada budi daya mutiara, ada dua fihak kerang yang dibutuhkan untuk menghasilkan mutiara: kerang mutiara pendonor, dan kerang penerima donor.
Secara gamblang, kerang pendonor akan dibunuh, untuk kemudian irisan daging lunaknya – dinamakan SAIBO atau inti mutiara- di selipkan ke otot kerang penerima donor.  Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar mati. Bayangkan, selama itu dia menderita, dan merasakan sakit. *Penyiksaan iiih*
Selama itu didiamkan, hingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi. Selanjutnya bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo.
Sedang kerang penerima donor lebih menderita lagi, karena harus mengalami operasi implant benda asing ke tubuhnya. Bayangkan, dimasukkan irisan daging saudaranya/SAIBO ke dalam ototnya. Ckkckckck….., kejamm dan tidak berpri-kekerangan. L


Sebelum kegiatan operasi, kerang mutiara jauh hari sebelumnya sudah mengalami proses penyiksaan yang disebut weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Selama itu mereka disiksa, tidak diberi makanan, hingga kondisi melemah. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Pada gonad yang penuh, akan sulit dilakukan penyisipan saibo.


Setelah lemah, mereka masih harus menjalani penyiksaan lanjutan. Diangkat dari air.  Maka, kian lemahlah mereka karena kekurangan oksigen. Lalu, kejamnya lagi di saat kondisinya sudah demikian lemah dan membuka cangkang untuk mencari makanan, eh malah dioperasi: Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki kerang sebagai tempat masuknya saibo. Lembar saibo ini diselipkan sangat dalam ke bagian kerang, Ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti.


Operasi penyisipan inti mutiara itu menyebabkan sang kerang, merasakan sakit luar biasa. Karena dalam keadaan hidup tubuh lunaknya dipotong, ke dalam lukanya dimasukan benda asing.


Bukti? Perusahaan mutiara besar, sampai harus melakukan anestesi *pembiusan* untuk menekan tingkat trauma sang kerang paska operasi. Penggunaan 2-Phenoxyethanol, Propylene Phenoxytol dan Bensocaine, diharap dapat menekan derita sang kerang. Jika tidak, tak jarang sang kerang mengalami kematian sebab sengsara kesakitan. Sekali pun hidup, kerang mutiara yang sangat stress karena kesakitan, akan menghasilkan mutiara buruk rupa! Yang tidak terlalu stress, lebih sabar dalam sakitnya bisa menghasilkan mutiara indah berkilau. Dan tentu, berharga mahal.


Kalau dipikir secara dalam, maka manusia dan ujian hidupnya bisa diibaratkan seperti kondisi kerang mutiara: Bersabar dalam derita, akan membuahkan sesuatu yang indah dan berharga. Sedang stress karena penderitaan, akan menghasilkan keburukan. Bahkan kematian. Persis seperti kerang mutiara yang stress! Ternyata, sama saja dengan manusia :-))  Jika dalam drita bersabar, kita akan menjadi manusia indah yang disayang Tuhan. Menjadi sesuatu yang berharga.


     Bagaikan mutiara indah yang
terbentuk dari rasa sakit sang kerang.. Maka,
sesungguhnya ujian hidup adalah cara Tuhan membuat kita
menjadi mutiara-mutiara-Nya: Indah dan berharga!
(From Apri With Love)


Tapi, tahukah sahabat? Proses penyisipan inti mutiara merupakan bagian kecil dari rangkaian proses budidaya yang panjang sejak penentuan lokasi budidaya sampai pada penanganan pasca panen. Pasalnya, setelah dioperasi hingga menghasilkan mutiara bisa memakan waktu panjang, berkisar 2 hingga 5 tahun pada mutiara air tawar, sedang pada mutiara air laut, hanya 2 tahun.


Kebayang dong, penderitaan panjang bagi lasykar kerang! Sepanjang hidup banyak merasakan sakit! Untungnya, ‘kesabaran’ dan penderitaaanya membuahkan keindahan yang harganya membanggakan. So, derita mereka bukan takdir sia-sia.


Tapi tetep aja Apri bersyukur: untungnya jadi Apri yang menggemaskan imut dan menggetarkan lucu, bukan kerang hihi. 

*Sumber Inspirasi: http://mutiara-mutiara.blogspot.com/